Tenaga Kerja Indonesia

Polemik tentang kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri kembali mencuat. Kali ini adalah seorang TKI asal Indonesia yang bernama Ruyati binti satubi, ia adalah seorang TKI yang menjadi korban keteledoran diplomasi Pemerintah dalam menangani masalah ketenagakerjaan di luar negeri. Nama Ruyati kini sedang gencar di beritakan di berbagai media masa terkait dengan Hukuman pancung yang di terimanya oleh pemerintah Arab Saudi.

Ruyati, TKI asal Kampung Ceger RT 03/01, Kecamatan Sukatani, Bekasi, Jawa Barat, menjalani hukuman mati dengan cara dipancung di Makkah, Arab Saudi, pada Sabtu (18/6/2011). Ia di duga telah membunuh istri majikannya yang bernama Khoiriyah Omar Moh Omar Hilwani.

Ironisnya, berita hukuman pancung Ruyati baru terdengar setelah hukuman itu di di laksanakan, dan di kabarkan bahwa jazad korban sudah di makamkan di kota Mekkah Arab Saudi, keluarga Ruyati di Indonesia sendiri baru mengetahui hal ini ketika slah seorang teman kerja Ruyati di Arab Saudi bercerita dan bukan melalui pemerintah.
Sebagian banyak orang menilai bahwa hal ini merupakan bentuk keteledoran pemerintah. Pemerintah di anggap gagal melindungi warganya yang bekerja di luar negeri yang di sebut-sebut sebagai pahlawan devisa. Tidak sedikit masyarakat yang mengecam pemerintah dan mengkritik kepemimpinan SBY. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sendiri hanya bisa bersikap pasrah, Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat menambahkan, peraturan mengenai hukuman mati di Arab Saudi sangat ketat. Apalagi, jika hukuman tersebut menyangkut tindak pidana pembunuhan. Menurut dia, jika keluarga korban pembunuhan tidak bersedia memaafkan pelaku, seorang Raja Arab pun tidak dapat melarang hukuman mati tersebut.

Masalah TKI belum berakhir sampai di situ, masih banyak tenaga kerja Indonesia yang membutuhkan pertolongan dari Pemerintah. Setelah Ruyati yang di hukum pancung, kabarnya masih ada sekitar 26 TKI yang divonis hukuman mati. Sungguh hal yang memilukan, demi mendapatkan suatu penghasilan yang layak mereka harus mengorbankan nyawa di negeri orang.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan para TKI kita ?? apakah ini merupakan gambaran dari kualitas sumber daya kita yang sebenarnya ? kebanyakan tenaga kerja yang berasal dari Indonesia hanya bekerja sebagai PRT (Pembantu rumah tangga) yang notabennya tidak memiliki pendidikan atau pelatihan khusus, inilah yang harus di benahi kembali oleh Pemerintah. Jika sebelumnya para TKI/TKW di beri bekal dan pendidikan yang baik maka kemungkinan adanya berita kekerasan terhadap para TKI akan berkurang atau bahkan tidak ada lagi. Akan lebih baik jika yang bekerja di luar sana adalah mereka yang memiliki bekal atau keahlian khusus di bidangnya masing-masing.

Dari contoh yang terjadi di Arab Saudi tadi, sikap apakah yang selanjutnya akan di ambil PM Indonesia ? Muncul beberapa pendapat di antaranya adalah dengan tidak mengirimkan TKI ke Arab Saudi untuk menghindari hal serupa, budaya di Arab yang sangat keras menjadi alasannya.

Rakyat Indonesia mengharapkan adanya perhatian yang lebih dari Pemerintah terhadap nasib mereka. Masih banyak hal yang menjadi PR Pemerintah Indonesia, mulai dari masalah TKI, kemiskinan, pengangguran yang semakin meningkat serta korupsi yang terjadi dari dalam pemerintah itu sendiri.

1 komentar:

Mukram S. Nareja mengatakan... 22 Juni 2011 pukul 06.27  

Makannya dukung aksi stop tki ke arab. biar pada bangkrut pabrik pabrik yang mentenagakerjakan buruh asal indonesia.. biar ga macem macem sama INDONESIA

Posting Komentar