Suksesi Kepemimpinan Pemuda Indonesia
Kamis, 30 Mei 2013
Suksesi Kepemimpinan Pemuda
Indonesia
(Di
dalam dirimu terdapat sumber energi yang lebih besar daripada yang pernah
digunakan, lebih banyak bakat daripada yang pernah digali, lebih banyak
kemampuan daripada yang pernah diuji, lebih banyak untuk diberikan daripada
yang pernah kau dapatkan.)
--John Gardner, Ex
Menteri Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan AS
PENDAHULUAN
Kepemimpinan,
“Realita dan Harapan”
Membicarakan topik
kepemimpinan merupakan sebuah hal yang selalu menarik dan tidak habis
diperbincangkan. Terlebih untuk memikirkan tentang bagaimana kepemimpinan di
Indonesia, tentang sosok kepemimpinan yang dibutuhkan untuk membawa bangsa
Indonesia ke depan, menuntun masyarakat ke arah yang lebih baik dan menciptakan
perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebuah masa depan bangsa
barangkali juga diwarnai dengan masa lalu, tetapi yang lebih penting adalah apa
yang saat ini kita pikirkan dan apa yang akan kita lakukan dari sekarang ke
depan.
Indonesia saat ini
agaknya mengalami krisis kepemimpinan, bak menahan dahaga di padang pasir,
bangsa Indonesia seperti kehilangan sosok seorang pemimpin yang mampu
menciptakan arah kemana kita bergerak dan apa yang harus kita lakukan di masa
yang akan datang. Sementara kita tahu bahwa dalam tataran sebuah organisasi
saja yang menentukan keberhasilannya adalah seorang pemimpin. Dalam konteks
kenegaraan, seorang pemimpin dan gaya kepemimpinannya merupakan penentu nasib
bangsa dan negara.
Kepemimpinan di
Indonesia merupakan sebuah hal yang tak dapat dipisahkan dengan dinamika sosial
masyarakat Indonesia beserta budayanya yang majemuk. Diperlukan sosok
kepemimpinan yang mampu menyeimbangkan antara kepentingan dan kewajiban. Bagaimanapun
juga, seorang pemimpin dituntut untuk menyelaraskan antara tugas dan kepentingan
negara. Pemimpin tidak boleh menempatkan kepentingan pribadi diatas kepentingan
segala-galanya. Kita perlu memahami bagaimana menjalankan amanah sebagai
seorang pemimpin dan menyelaraskannya dengan perkembangan dan perubahan yang
terjadi, baik sisi sosial, budaya, ekonomi, politik, dan masyarakat.
Semua Orang Bisa Jadi Pemimpin
Menjadi seorang pemimpin bukanlah
sesuatu yang mustahil. Semua orang bisa menjadi pemimpin, siapapun, kapanpun,
bisa membuat perbedaan yang positif. Secara sederhana, kepemimpinan dapat
diartikan sebagai pengaruh dan seni mempengaruhi orang lain.
Mark Sanborn, seorang penulis dan
motivator yang diakui Internasional mengatakan bahwa seorang pemimpin tidak
memerlukan jabatan untuk menjadi pemimpin. Begitupun berlaku pada kita. Menurutnya, kepemimpinan tidaklah
dianugrahkan melalui jabatan atau terbatas bagi para eksekutif. Kepemimpinan
diperlihatkan melalui tindakan kita sehari-hari dan cara kita mempengaruhi
kehidupan orang lain di sekeliling kita. Pengaruh dan inspirasi datang dari
orangnya, bukanlah posisinya. Setidaknya ungkapan itulah yang tepat untuk
menggambarkan bagaimana citra sebuah kepemimpinan.
“Yang
harus kita sadari adalah bahwa setiap tindakan yang kita lakukan serta usaha
kita sehari-hari juga memberikan dampak yang
berarti. Kepemimpinan bukan hanya tercermin melalui melalui keberanian,
tindakan bersejarah dan yang memberikan dampak yang luas.”
Indonesia memerlukan sosok pemimpin yang
visioner. Seorang pemimpin yang memiliki pandangan luas akan masa depan bangsa
dan mampu menyampaikan visinya secara fasih untuk menginspirasi orang-orang di
bawahnya. Tidak dapat kita bayangkan apabila seorang pemimpin tidak memilki
sebuha visi, yang ada hanya sebuah kekacauan dan kebingungan. Pemimpin yang
visioner dalam sebuah negara akan menciptakan perubahan. Dengan visinya kita
akan mendapatkan misi yang jelas, termotivasi dan mampu mencapai cita-cita
individu dan kelompok secara bersama-sama. Memperkuat institusi dan mencapai
misi, itulah yang akan dijalankan.
Ada beberapa kriteria yang mungkin harus
dipenuhi oleh pemimpin baru yang kelak memimpin bangsa ini, yaitu bukan hanya
memiliki karakteristik pribadi tetapi juga memiliki kondisi yang seperti
berikut ini :
1.
Memberikan
visi, arah dan tujuan
2.
Menimbulkan
kepercayaan
3.
Memberikan
harapan dan optimisme
4.
Memberikan
hasil melalui tindakan, resiko, keingintahuan dan keberanian.
Selain beberapa poin di
atas, pemimpin juga harus memegang teguh falsafah kepemimpinan, diantaranya
adalah; pertama, pemimpin harus
mempunyai integritas, kedua pemimpin
harus mengakui adanya perbedaan dan keanekaragaman bangsa, ketiga, pemimpin harus selalu bersikap open minded. Dengan demikian, maka seorang pemimpin akan selalu
bertindak secara efektif dan menjalankan peran sebagai leaderdengan baik. Keputusan yang diambil berdasarkan latarbelakang
kepentingan bangsa dan negara tak hanya sebatas kepentingan pribadi.
Mengapa Bukan Kita?
Seperti yang sudah ditegaskan di atas, bahwasanya
semua orang bisa jadi pemimpin, siapapun, kapanpun, semua bisa membuat
perbedaan yang positif. Oleh karena itu kita perlu membuang rasa ragu kita,
kita harus percaya bahwa di dalam diri kita terdapat sumber kekuatan, power yang mampu menghasilkan sesuatu
melalui kekuatan orang lain.
Menurut Kemal Stamboel yang merupakan
Anggota Komisi XI yang juga merupakan Dewan Perwakilan Rakyat – RI, untuk
menumbuhkan kepemimpinan baru, dibutuhkan proses belajar yang berkelanjutan
dalam berbagai dimensi.
Pertama, dimensi belajar untuk
menginternalisasi dan mempraktikan nilai-nilai baru yang sangat dibutuhkan bagi
perubahan kondisi bangsa sehingga membentuk karakter dan pola perilaku yang
positif sebagai penggerak perubahan.
Kedua, belajar untuk menyaring dan
menolak nilai-nilai buruk yang diwarisi dari sejarah lama maupun yang datang
dari dunia kontemporer agar tetap terjaga karakter yang otentik dan perilaku
yang genuine.
Ketiga, belajar untuk menggali dan
menemukan serta merevitalisasi nilai-nilai lama yang masih tetap relevan dengan
tantangan masa kini, bahkan menjadi nilai dasar bagi pengembangan masa depan.
Menurutnya, bangsa ini membutuhkan secara masif proses pengkaderan (baca:
sekolah kepemimpinan) yang outputnya bisa diuji di tingkat regional bahkan
global. Indonesia tidak mungkin memainkan peranan di arena antar bangsa tanpa
anak-anak bangsa yang memiliki kualitas kepemimpinan yang mumpuni.
Pada dasarnya, kita semua sama hanya
saja ada keberanian dan sikap mental yang membedakan. Ketangguhan mental dan
spiritual seperti ini merupakan ciri-ciri orang yang bertindak sebagai pemimpin
dalam kehidupan. Mereka tidak khawatir atau bingung akan kejadian buruk yang
dialami. Namun sebaliknya, mereka menerima dan menjalani apa yang mereka hadapi.
Mereka mampu merangkul tantangan karena mereka percaya memilki sikap dan
keahlian yang dibutuhkan untuk sukses. Begitu pula dengan kita, kita punya
kekuatan, kita tangguh, kita punya iman, dan kita juga bisa menanggungnya!.
Ajakan Menuju Kehebatan
Sudah saatnya kaum pemuda bergerak.
Sudah saatnya bangsa ini dipegang oleh mereka yang memilki keunggulan moral,
kepribadian dan intelektual. Kita tahu kita semua punya kemampuan, dan inilah
saatnya dimana kita kaum pemuda merealisasikan kemampuan kita terhadap masa
depan bangsa dan negara.
Kembangkan hasrat besar untuk bisa
mempengaruhi dunia di sekeliling kita, bagaimanapun juga kepemimpian merupakan
seni dari mempengaruhi orang lain. Yang perlu kita ketahui ialah bahwasanya
seseorang yang sedang memimpin, baik yang memiliki jabatan maupun tidak adalah mereka yang sedang mengusahakan segala
sesuatu ke arah yang lebih baik. Tapi dengan pernyataan ini bukan berarti kita
yang sedang tidak memimpin tidak melakukan hal yang sama. Kita juga termasuk
pemimpin, pemimpin bagi diri kita masing-masing, kita adalah individu-individu
yang sedang dalam progress menuju
sesuatu yang hebat yang mampu menciptakan perubahan bagi dunia.
“Jika
menginginkan perubahan kecil maka ubahlah jalan pikiran. Jika menginginkan
perubahan besar, maka ubahlah paradigma.”
Semua perubahan bergantung pada apa yang
kita pilih dan apa yang kita lakukan. Tak ada jalan pintas, semua diraih dengan
proses. Kita perlu yakin bahwasanya bangsa ini mampu bangkit dan berkembang di
bawah pimpinan seseorang yang rasional, yang mampu menjadi suri teladan yang baik
bagi masyarakat. Jika kita pemimpin bertindak secara rasional, maka orang lain
juga akan bertindak rasional. Seorang pemimpin bangsa dituntut untuk bisa
berpikir realistis, optimis dan mengambil keputusan secara logika.
Agaknya, yang menjadi persoalan utama
saat ini ialah mengenai kurangnya kepercayaan diri. Sebagian dari kita masih
banyak yang mengkhawatirkan godaan-godaan yang dirasa dapat menghambat
karirnya. Hal ini dilatarbekangi oleh fakta saat ini bahwa banyak para elit
politik kita yang terlena dengan jabatan sampai-sampai mereka tega mengkhianati
masyarakat. Para pemimpin bertindak tanpa moral dan hati nurani, jabatan mereka
disalah gunakan dengan melakukan tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme. Praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
merupakan masalah yang mengakar di bangsa Indonesia. Sejak zaman orde baru
hingga sekarang, banyak sekali fakta-fakta yang menunjukan rendahnya moral
pemimpin bangsa. Yang terdekat, yaitu kasus korupsi atas pengadaan alat
simulator SIM, kali ini justru pemimpin aparat kepolisian negara (Komandan
Jendral) yang menjadi dalangnya, Susno Duadji. Ini merupakan salah satu dari
banyak kasus lainnya yang berhasil dibongkar oleh KPK. Selebihnya, masih banyak
lagi operasi keji yang dilakukan para petinggi lain yang masih tertutup oleh
manisnya prilaku luar mereka.
Inilah saatnya, ini waktu kita untuk
mengubur semua kenangan pahit akan masa lalu bangsa yang kelam, yang penuh
dengan praktek-praktek kotor seperti diatas. Perbaikan secara menyeluruh harus
kita jalankan dan itu kita mulai dari
dalam diri kita sendiri. Semua yang baru harus bersumber dari sesuatu yang baru
pula. Ya, kitalah orangnya, sebagai generasi muda dan generasi penerus yang
bertugas untuk memimpin keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Mulai
saat ini juga, baik yang sudah memimpin maupun yang belum memimpin, belajarlah
memimpin atau memimpinlah dengan lebih baik!. Buatlah perbedaan yang positif,
mari kita berlatih memberi tanpa diketahui, kita tetapkan bagaimana kita bisa
berkontribusi dengan baik dan dengan cara yang terbaik pula.
Selalu ingat bahwa“Pelaksanaa adalah kereta perang orang jeniu.”. Tanpa tindakan
nyata dari itu semua, semua tidak akan diraih. Kita harus bertindak berani,
jangan biarkan perlawanan menghentikan kita. Lawan rasa takut yang berlebihan,
memang benar bahwa semua yang belum kita jalani akan terasa sulit tetapi
setelah itu semua kita jalani, maka semua akan terasa berbeda. Apapun keputusan
yang kita ambil, semua harus diiringi dengan komitmen dan intelektualisasi.
Ada enam prinsip yang dapat kita mainkan
dalam hal kepemimpinan. Yaitu antara lain; Kemampuan menguasai diri, kekuatan
fokus, kekuatan bersama orang lain, kekuatan komunikasi persuasif, kekuatan
pelaksanaan, dan kekuatan memberi. Keenam
prinsip kepemimpian diatas dapat kita jadikan pedoman dalam menumbuhkan jiwa
kepemimpinan. Proses dalam mencapai sebuah seni memimpin dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bukanlah sekedar memimpin atau memerintah, melainkan
sebagai
upaya dalam merangkul
masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pentas kenegaraan. Yang dilakukan
oleh seorang pemimpin bangsa ialah mengajak dan meyakinkan masyarakat
bahwasanya peran mereka adalah sangat penting dan sangat berpengaruh dalam
mencapai sebuah cita-cita bersama.
Prinsip satu, kemampuan menguasai diri. Sebelum
mampu menguasai dan mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin diwajibkan untuk
memiliki kemampuan menguasai diri mereka masing-masing. bagaimana mengatur
emosi dan mengendalikan jalan pikiran mereka.
Prinsip kedua, kekuatan fokus. Layaknya
seekor tupai yang terus fokus pada makanan yang mereka incar, maka kita juga
harus bisa fokus terhadap segala sesuatu yang kita inginkan. Salah satu derajat
kemampuan dari seorang manusia diukur dari kekuatan fokus mereka.
Prinsip ketiga, kekuatan bersama orang
lain. Seorang pemimpin tidak bekerja sendiri. Pemimpin bertugas sebagai planning
dan mengarahkan setiap
individu pada tugas mereka masing-masing. Pemimpin menjalankan kepemimpinannya
secara bersama-sama, bersinergi dan terintegrasi secara formal maupun informal.
Prinsip kempat, kekuatan komunikasi
persuasif. Salah satu kriteria yang perlu dimiliki seorang pimpinan yaitu mampu
memberikan pengaruh terhadap orang lain, mampu berkomunikasi, menyampaikan
pesan dengan baik, mengajak, sekaligus mampu menciptakan sebuah hubungan yang baik dengan siapapun.
Prinsip kelima, kekuatan Pelaksanaan. Pelaksanaan
adalah kendaraan perang orang jenius. Pelaksanaan adalah titik awal dari setiap
tindakan kepemimpinan.
Prinsip keenam, kekuatan memberi. Salah
satu cara dalam pembentukan moral yang positif adalah dengan cara memberi.
Seorang pemimpin memberikan segenap kemampuan, pikiran, dan waktunya untuk
sesuatu yang lebih baik.
Demikian prinsip-prinsip kepemimpinan yang
perlu kita tanamkan sejak saat ini. Menguasai teknik
kepemimpinan yang dibutuhkan dalam praktek kepemimpinan bangsa merupakan bekal
bagi setiap individu dalam mengasah kemampuan untuk memimpin. Yang terpenting
adalah komitmen serta kerja keras, keberanian dan kepercayaaan. Aspek lain yang
perlu kita asah yaitu kebersihan hati dan pikiran, intelektualitas serta moral.
Jangan pernah lupa untuk selalu menanamkan sikap cinta tanah air. Semangat pemuda
Indonesia!.
Label: Tulisanku
0 komentar:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)